Hi There, I am

My Photo

Tenun Center

Tenun adalah budaya sambas yang sejak dulu telah dikenal, banyak motif dan jenis tenun sambas, namun tenun sambas tetap menjaga original...

About Me

Kain Tenun Sambas yang biasa di sebut ” Kain Lunggi ” atau Kain Benang Emas. Disebut kain benang Emas di karenakan salah satu bahan yang digunakan adalah benang emas berwarna kuning emas.

Social media

Instagram

Menilik Kerajinan Songket Sambas


Tidak mudah menghasilkan satu helai kain songket sepanjang dua meter. Diperlukan waktu kira-kira satu bulan, dikarenakan harus melewati beberapa proses. Selain itu ketelitian, keahlian juga kesabaran si penenun dikedepankan.

Setiap daerah di Indonesia tentu memiliki kerajinan khas, apakah itu lahir dari kreativitas personal, realisasi dari ide-ide cemerlang masa kini, atau sebagai peninggalan masa lampau generasi ke generasi. Yang jelas bagaimanapun proses pembentukan karya tersebut, tak dapat dipungkiri telah banyak membantu dalam memperkaya khasanah kreativitas anak negeri ini.

Salah satu tradisi nenek moyang yang dikemas dalam sebuah kreasi dan masih bertahan di era modern adalah kain Songket. Berbicara kain Songket, beberapa daerah memilikinya, seperti Palembang, Riau dan Minangkabau. Meski terdapat perbedaan, biasanya terletak pada jenis dan susunan motif, namun pada dasarnya Songket sendiri lahir dari tradisi Melayu.

Tak kalah dengan tiga daerah tersebut di atas, di Kalimantan Barat juga memiliki kain Songket yang dikenal sebagai kain Songket Sambas. Merupakan salah satu hasil kreativitas masyarakat di kabupaten Sambas. Suatu wujud akhir dari penuangan ide-ide yang dipahami dan dihayati kemudian diaplikasi dalam bentuk selembar kain.

Kerajinan kain Songket Sambas sendiri sudah berumur sangat tua. Konon telah ada sejak kesultanan Sambas dipimpin oleh Sultan Sulaiman mendirikan Kerajaan Sambas pada tahun 1675 M dan memerintah selama sepuluh tahun, yaitu sampai tahun 1685.

Namun jika dilihat dari motif-motif yang dominan adalah tumbuhan pada Songket Sambas, tenunan ini diprediksi sudah ada sebelum berdirinya Kesultanan Islam Sambas, yaitu ketika di Sambas masih berdiri kerajaan-kerajaan Hindu. Dengan demikian jika Songket Sambas telah ada pada masa Sultan Sulaiman memerintah atau bahkan sebelumnya, maka kerajinan ini sudah berumur lebih dari 300 tahun.

Salah satu ciri khas pada motif Songket Sambas secara umum adalah Pucuk Rebung atau masyarakat setempat menyebutnya ‘suji bilang’. Yaitu berbentuk segi tiga, memanjang dan lancip. Serupa dengan bentuk asli pada rebung yang merupakan stirilisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan Pucuk Rebung sebagai motif Songket tentu juga bukanlah hal kebetulan belaka, melainkan mengandung makna luas dan dalam. Adalah sebagai pengingat agar orang-orang Sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Jadi semangat harus terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif ini.

Selanjutnya adalah orang Sambas harus senantiasa berpikiran lurus, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung itu dalam realitanya. Pucuk rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Dan terakhir, jika mencapai puncak tertinggi, tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi.

Selain Pucuk Rebung sebagai motif khas Songket Sambas, ada juga motif lain yang diciptakan maupun yang coba dihidupkan kembali. Motif modern misalnya seperti : motif Tahi Lalat atau yang berbentuk titik, Bunga Telur Mata Ayam, Tujuh Tabur Bunga, Bunga Cangkring, Bunga Tanjung dan Bunga Malek. Sementara Motif langka selain Pucuk Rebung, diantaranya ; Tepuk Dada, Siku Keluang, Mata Punai, Bunga Pecah, Bunak Melur, Piji Periak, Angin Putar, Ragam Banji, Bunga Cengkeh dan Bunga Cempaka.

Kekhasan lain yang dapat ditemukan pada Songket Sambas adalah benang emas. Dalam pembuatan Songket Sambas, keberadaan benang emas sangat penting. Benang emas digunakan untuk membuat bentuk dan penanda motif pada tenunan. Begitu pentingnya keberadaan benang emas dalam membuat Songket Sambas, sehingga orang-orang Sambas menyebut tenun ini dengan nama kain benang emas atau disebut dalam bahasa setempat bannang ammas.

Disebutkan pada zaman dahulu, benang emas untuk membuat Songket Sambas terbuat dari benang emas colok. Ciri dari benang ini ringan dan tahan lama, serta warnanya tidak mudah pudar walaupun telah berusia ratusan tahun.

Dalam kehidupan sosial masyarakat, Songket ditempatkan pada kasta tertinggi jenis kain oleh masyarakat Melayu Sambas. Merupakan pakaian kebesaran. Kerap dipakai dalam majelis-majelis musyawarah juga menghadiri undangan para pembesar, seperti raja atau Sultan maupun para pemimpin daerah.

Selain itu kain tersebut kerap digunakan dalam acara adat masyarakat Melayu Sambas. Salah satunya adalah perkawinan. Dalam acara sakral itu kain Songket berfungsi sebagai bahan hantaran pihak mempelai laki-laki pada pihak mempelai wanita.

Namun semakin kesini, kain Songket sudah dapat ditemukan dalam ragam bentuk lain. Tidak saja berupa selembar kain, tapi juga yang lebih berkelas lagi seperti ; peci, syal, dasi, bahan baju dan celana, dan lain lain.

Berikut adalah proses pembuatan kain Songket Sambas yang ditunjukan oleh para ibu rumah tangga di kampung Nagor, desa Jogur, kecamatan Sambas yang merupakan satu-satunya sentra pengrajin kain Songket di kabupaten tersebut.

Namun perlu diketahui, untuk membuat Songket Sambas sangat sulit dan rumit. Menurut bu Atik, 48 tahun, seorang pengrajin yang mulai menenun semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar, mengatakan untuk bisa memiliki keahlian menenun, diperlukan waktu belajar minimal 1-2 tahun. Karena keahlian menjadi syarat mutlak bagus atau tidaknya tenun yang dihasilkan.

“Biasanya bertahap. Jika sudah bisa yang sederhana, dilanjutkan pada yang lebih sulit. Terutama dalam pembuatan motifnya. Namun untuk bisa menjadikan sehelai kain Songket berukuran 2 meter memerlukan waktu hampir satu bulan. Tapi tergantung lagi motif yang dipesan, semakain sulit semakin lama proses pengerjaan,” jelas Atik.

Tahap awal pembuatan kain Songket adalah pola dan motif tenunan. Kemudian mempersiapkan benang dan alat-alat yang diperlukan. Setelah semua keperluan tersebut siap, proses pembuatan Songket pun dimulai.

Tahap pertama adalah memintal benang atau narraw dengan alat pintal yang disebut Tarawan. Ada dua jenis Tarawan yang digunakan saat proses pemintalan, yaitu alat Taraw berukuran kecil dan besar. “Yang ukuran kecil untuk memintal benang emas, sementara ukuran besar untuk benang Pakan untuk ‘longsen’ atau dasar kain,” jelas Atik.

Setelah proses pemintalan selesai, dilanjutkan pada proses ‘nganek’. Yaitu menggabungkan benang pakan dengan benang lusin menggunakan gigi suri yang terbuat dari kulit pohon enau atau kulit batang bemban. “Biasanya 1-2 hari selesai,” ucap Atik.

Lalu masuk pada proses natar. Adalah proses menggulung benang dengan papan tandayan. Tahap ini memakan waktu 2-3 jam. Dilanjutkan menghubungkan benang dari tandayan ke suri atau dalam istilah lain merapatkan benang. Proses ini disebut ‘ngubung’. Setelah semua hal tersebut selesai lalu ‘dirantang’, membawa benang dan peralatan tersebut pada perumahan tenunan dan proses tenunpun dimulai.

“Untuk membuat kain tidak memerlukan waktu lama, jika sudah ahli kurang lebih 10 hari selesai,” jelas wanita bertubuh kecil itu.

Kemudian masuk pada tahap akhir dalam pembuatan kain tenun Sambas adalah nyongket. yaitu membuat bunga dan memasukan benang emas ke dalam motif tenunan. Juga untuk membuat ‘punce’ atau hati kain atau motif pada tengah kain. Biasanya disongket dengan jumlah sebanyak 28 motif bunga.

“Sebenarnya proses tersulit adalah ketika memberi kerap. Karena harus dihitung satu persatu. Kerap sendiri terbuat dari benang nilon,” ucap Atik.

Setelah itu kain Songket tersebut siap dipasarkan. Untuk kain Songket sendiri menurut Atik dibuat dalam tiga kelas yaitu bawah, menengah dan atas. “Motif yang sulit akan membuat tinggi harga kain Songket,” terang wanita pekerja itu..

Kain Songket kelas bawah mereka hargakan sekitar 500-700 ribu perhelai. Kelas menengah sekitar 1-2 juta. Sementara untuk kelas atas harganya bisa mencapai 3,5-4 juta rupiah.

Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa Tenun Songket Sambas merupakan manifestasi suatu nilai adat yang tinggi yang juga mempunyai nilai ekonomis yang dapat dikembangkan untuk menopang kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu Atik dan para pengrajin berharap kerajinan tenun itu tidak mati dan tetap selalu turun untuk beregenerasi.

“Karena semakin kesini saya melihat, sudah jarang anak muda yang mau belajar membuat kain Songket. Padahal ini adalah identitas kami sebagai orang Melayu Sambas,” ucap dia pada akhir wawancara siang itu.

Koleksi Songkok Bermotif Songket


Inilah beberapa koleksi Songkok/ Peci bermotif Songket khas Sambas. Songkok ini sangat unik dan sesuai untuk sholat atau dipakai ke majelis- majelis/ undangan. 


Kain Tenun Cual Sambas

Kain Tenun Cual Handmade Sambas dari bahan katun. Bisa untuk dijadikan kain sabuk sebagai pelengkap busana Pria Teluk Belanga. Tersedia dengan benang emas dan berbagai warna dan motif Sangat cantik untuk dipakai dalam acara pesta maupun keluarga.





Menyaksikan Pengrajin Tenun Sambas di Dusun Sulur Medan



Sekitar 300 tahun yang lalu, nenek moyang di Kesultanan Sambas telah membuat kain tenun sambas. Konon, tenun sambas ini sudah dibuat perempuan-perempuan di Kesultanan Sambas sejak Sultan Sulaiman mendirikan kesultanan ini pada tahun 1675. Dahulu, tenun Sambas digunakan sebagai pelengkap untuk pelaksanaan ritual adat, salah satunya dalam ritual pernikahan.

Hingga kini tradisi tenun di Sambas masih dilanjutkan oleh kaum laki-laki dan perempuan. Pembuatan kain tenun yang dikenal masyarakat di sana biasa menyebutnya dengan menenun ini biasa dilakukan melalui proses persilangan 2 set benang dengan cara memasukan benang pakan secara melintang pada benang-benang lungsin. Namun sebelum proses menenun dimulai, terlebih dahulu dilakukan proses penghanian.

Proses penghanian adalah proses memasang benang-benang lungsing secara sejajar satu sama lainnya pada alat tenun sesuai dengan lebar kain tenun yang akan dibuat. Alat tenun ini berfungsi untuk memegang setiap helai benang lungsin. Sementara benang pakan dimasukan secara melintang di antara benang-benang lungsin tersebut.

Helai-helai benang lungsing dan benang pakan ini di tenun dengan pola menyilang. Pola menyilang benang-benang ini disebut dengan anyaman. Ada 3 teknik anyaman dalam pembuatan kain tenun, yaitu anyaman polos, anyaman satin, dan anyaman keper. 

Beberapa motif tenun Sambas antara lain, tepuk pedada, siku keluang, mata punai, awan larat, pucuk rebung, tahi lalat, bunga melur, mata ayam, ragam panji, angin putar, biji periak, tujuh tabur bunga melati kecil di tengah-tengah, bunga tanjung, bunga cengkeh, bunga malek dan bunga cangkring. “Motif pucuk rebung dengan menggunakan benang biasa. Untuk satu bidang membutuhkan 15 hari. Sedangkan benang harus dipintal, butuh waktu 2 bulan untuk memasang suri dan karang,” ungkap Rusna, salah seorang pengrajin.

Tim Indonesiakaya.com yang mengunjungi Dusun Sulur Medan, Desa Sumber Harapan, Sambas, melihat langsung proses pembuatan kain tenun Sambas. Kebetulan saat itu Rusna sedang menyongket motif pucuk rebung yang berbeda dengan tenun Sumatera. Seorang penenun menurut Rusna, harus bisa menghitung benang dan mengerti bilangan benang. Menariknya, untuk membuat motif harus menghafal rumus, karena harus hati-hati dan tidak bisa cepat. Rata-rata butuh waktu sekitar satu bulan, dan tergantung tingkat kesulitan motif. 

“Ada 19 motif yang telah dipatenkan,” tutur Diana seorang marketing tenun Sambas. Akan tetapi, tenun yang dikerjakan tergantung dari pesanan. Biasanya, seorang pemesan datang dan membawa motif tersendiri. “Tenun yang dikerjakan, motif yang dibawa pun bukan motif Sambas, akhirnya kami pun mengusahakan pembuatan motif tersebut, dengan cara pengerjaan dengan teknik tenun Sambas,” jelas Diana.

Dari satu lembar kain, ada 4 orang yang terlibat. “Tugas mereka meliring benang, menghani, merentang benang untuk digulung di papan, menghubung dan memasukkan benang ke suri selembar demi selembar.  Kemudian ada bagian lain yang menata motif di sketsa kertas, kemudian baru dikerjakan secara tenun, proses ini disebut sebagai suji dilang,” jelas Diana. Orang yang biasa membeli kain tenun Sambas biasanya datang langsung dari Singkawang dan Pontianak. Selain itu, ada juga wisatawan dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Rusna mulai menekuni tenun Sambas sejak umur 15 tahun. Kemudian pernah bekerja sebagai penenun di Kampung Air, Brunei Darussalam. Begitu juga dengan warga sekitarnya, bergantian bekerja sebagai penenun di Brunei. Motif yang dikerjakan motif Brunei, namun dengan teknik Sambas. 

Harga tenun Sambas biasanya tergantung dari kain, bahan, dan motifnya. Harga tenun biasa berkisar Rp1,5 – Rp1,8 juta tiap sepasang kain dan selendang. Untuk tenun berbahan katun Rp2,5 juta dan sutera bisa mencapai Rp3,5 juta. “Biasanya banyak perancang mode dari Jakarta yang memesan tenun Sambas, mereka datang langsung ke Desa Sumber Harapan dan memesan motif tertentu,” tutur Rusna, yang selain memiliki kesibukan sebagai pengrajin tenun, ia juga bertani menanam padi dan berladang mengambil getah karet. 

Indonesia sendiri memiliki beragam kerajinan tenun tradisional Indonesia seperti tenun ikat, songket, dan geringsing. Bahkan seorang pengamat tekstil bernama Joseph Fisher dalam bukunya threads of Tradition: Textiles of Indonesia and Serawak menyebutkan jika hasil tenun yang paling kaya dan beragam yang ada di dunia adalah berasal dari Indonesia.

Pesona Kain Tenun Sambas Khas Kalimantan Barat



Kalimantan Barat memiliki sebuah kain tenun yang khas, yang dikenal dengan nama kain tenun Sambas. Apabila anda berpikir bahwa Sambas adalah nama sebuah kabupaten di Kalimantan Barat maka Anda benar. Kain renun Sambas yang biasa di sebut ”Kain Lunggi” atau Kain Benang Emas karena salah satu bahan yang digunakan adalah benang emas berwarna kuning emas. Kain tenun Sambas memang masih belum banyak dikenal orang. Keistimewaan kain tenun Sambas ini karena memiliki 2 unsur motif yang berbeda seperti unsur china pada motif mawar dan unsur islam pada motif geometrik.

Didalam tenunan kain tenun Sambas ini terdapat bermacam- macam motif, diantaranya :
  • Pucuk rebung
  • Tahi lalat atau yang berbentuk titik.
  • Bunga Telur Mata Ayam
  • Tujuh Tabur Bunga melati kecil di tengah- tengah
  • Bunge Tanjung
  • Bunga Malek
  • Bunge Cangkring


Kain Tenun Sambas merupakan kain kebanggaan masyarakat Kabupaten Sambas. Kain Sambas biasanya dipakai pada majelis-majelis perkawinan, musyawarah, menghadiri undangan- undangan dari orang pembesar daerah atau raja, khitanan, dan acara-acara lainnya. Namun, tenunan yang terkenal hingga ke negeri tetangga itu kini terancam punah. Sebab, selain bahan baku yang mahal, perajin kain tenun juga makin berkurang. Sudah jarang generasi muda yang memiliki keterampilan untuk membuat kain tenun Sambas, sekarang hanya para generasi tualah pengerajin kain Sambas yang masih bertahan.

Kain tenun Sambas sendiri terkenal karena mempunyai motif khas, seperti lunggi pucuk rebung, dagin serong, dagin biasa dan cual padang terbakar. Bahan bakunya adalah benang emas. Pengerjaannya tenunan Sambas membutuhkan keterampilan khusus dan ketekunan tersendiri.
Kain tenun benang emas ini biasanya di kerjakan secara tradisional dengan alat pemintal terbuat dari kayu belian. Kebanyakan dikerjakan oleh penduduk di sekitar pesisir Sungai Sambas sekitar Kota Sambas. Penenun ini tergolong unik karena kepandaian menenun ini didapat dari orang tuanya atau kepandaian ini diajarkan secara turun temurun.

Pada masa sekarang kain ini masih tetap eksis dan bahkan masyarakat mancanegara seperti Brunei, Malaysia dan Singapura mulai melirik kain tenun. Tidak jarang rumah kain tenun ini banyak di kunjungi oleh pengemar kain tenun dari dalam dan luar negeri karena keunikan dan keindahan corak nya. Keunikan yang ada pada kain tenun Sambas adalah pada corak yang menonjol yaitu motif Pucuk Rebung dihias dan di ditaburi motif- motif bunga- bunga serta flora dan fauna.

Proses penenunan kain ini  membutuhkan konsentrasi, ketelitian, kerapian, dan nilai seni dari si penenun. Maka itu, harga yang berkisar sekitar Rp.600.000,- sampai Rp.1000.000,- lebih. Harga tersebut cukup sebanding karena proses pembuatannya nya tidak mudah dan memakan waktu sekitar 2-4 minggu, waktu yang cukup lama bagi seorang penenun mengingat hanya bisa menghasilkan 1-2 kain dalam sebulan. Bila menginginkan hasil tenun yang semakin halus, maka akan semakin mahal pula harganya karena semakin sulit dan lama proses pembuatannya.

Kain Tenun Sambas


Kain Tenun Sambas yang biasa di sebut ” Kain Lunggi ” atau Kain Benang Emas. Disebut kain benang Emas di karenakan salah satu bahan yang digunakan adalah benang emas berwarna kuning emas.

Kain tenun benang emas ini biasanya dikerjakan secara tradisional dengan alat pemintal terbuat dari kayu belian. Kebanyakan dikerjakan oleh penduduk di sekitar pesisir Sungai Sambas sekitar Kota Sambas. Penenunu ini tergolong unik karena kepandaian menenun ini didapat dari orang tuanya atau kepandaian ini diajarkan secara turun temurun.

Pada masa sekarang kain ini masih tetap eksis, bahkan masyarakat mancanegara mulai melirik kain tenun Sambas. Tidak jarang rumah kain tenun ini banyak di kunjungi oleh penggemar kain tenun karena keunikan dan keindahan corak nya. Keunikan yang ada pada kain tenun Sambas adalah pada corak yang menonjol yaitu motif Pucuk Rebung dihias dan di ditaburi motif- motif bunga- bunga dan plora dan fauna.

Kain Sabuk
Kain sabuk adalah kain yang dipakai oleh kaum pria yang dipakai untuk melengkapai baju teluk belanga yang merupakan pakaian khas Melayu.
Kain sabuk dipakai lewat batas lutut atau setengah saja. Maka itu kain sabuk berukuran setengah dari kain biasa. Kain sabuk dipakai oleh kaum pria agar kelihatan lebih gagah, dan nampak berseri.

Kain Lunggi Rantai Mas
Kain Tenun Sambas merupakan kain kebanggaan Orang Sambas. Kain Sambas biasanya dipakai pada majlis- majlis perkawinan, musyawarah, menghadiri undangan- undangan dari pembesar daerah atau raja, khitanan, hari raya, dll. Karena itu juga menjadi kebanggaan bagi si pemakainya.

Proses Pembuatan Kain Tenun Sambas
Proses tenun membutuhkan konsentrasi, ketelitian, kerapian, dan nilai seni dari si penenun. Maka itu, harga yang berkisar sekitar 600 ribu hingga di atas 1 juta itu menjadi masuk akal karena prosesnya tidak mudah dan memakan waktu sekitar 2-4 minggu. Bila menginginkan hasil tenun yang semakin halus, maka akan semakin mahal pula harganya karena semakin sulit dan lama proses pembuatannya.

Motif kain tenun songket khas Sambas ini dibuat dan dirancang sendiri oleh pemesan atau penenun. Biasanya, motif yang dipakai kain tenun khas Sambas ini adalah motif padang terbakar, lunggi, insang, atau pecuk rebong. Warna emas mendominasi garis dan corak kain songket ini, walau masih ada juga warna lain seperti abu-abu, biru, dan lain-lain. Warna dasar biasanya menggunakan warna biru, merah, atau coklat.